时间:2025-06-10 09:43:58 来源:网络整理 编辑:娱乐
Warta Ekonomi, Jakarta - Di balik cita rasa khas kecap Bango yang telah melekat di lidah masyarakat quickq官网多少
Di balik cita rasa khas kecap Bango yang telah melekat di lidah masyarakat Indonesia, tersimpan kisah panjang perjalanan hampir satu abad. Semuanya berawal dari sepasang suami-istri Tionghoa asal Tangerang yang mewujudkan mimpi besar melalui kecap buatan tangan mereka.
Kisah Bango bermula pada tahun 1928, ketika Tjoa Pit Boen (yang juga dikenal sebagai Yunus Kartadinata) dan istrinya, Tjoa Eng Nio, memproduksi kecap secara tradisional di garasi rumah mereka di kawasan Benteng, Tangerang, Banten. Mereka memberi nama "Bango" pada kecap tersebut sebagai harapan agar produk ini dapat "terbang" tinggi seperti burung bangau dan dikenal hingga ke mancanegara.
Dengan hanya empat bahan utama, yaitu kedelai hitam, gula kelapa, air, dan garam, mereka menciptakan kecap berkualitas tinggi yang digemari banyak orang. Namun, mimpi besar itu sempat terhambat oleh masa perang (1939–1947) akibat kesulitan bahan baku.
Setelah perang usai, pasangan ini memindahkan produksi ke Jakarta dan memulai kembali dari nol. Mereka mengandalkan strategi pemasaran sederhana namun efektif, yaitu penjualan door to door. Tak hanya di Jakarta, promosi dilakukan hingga ke Sumatera, Jawa, dan Manado. Upaya ini membuahkan hasil hingga permintaan kecap Bango melonjak dan merek ini pun semakin dikenal luas.
Baca Juga: Cerita Sukses Bebek Kaleyo, dari Gerobak Kaki Lima hingga Jadi Puluhan Cabang Restoran
Pada tahun 1982, tongkat estafet bisnis diambil alih oleh anak keempat mereka, Eppy Kartadinata. Ia mendirikan PT Anugrah Indah Pelangi dan PT Anugrah Damai Pratama, kemudian membangun pabrik modern di Subang seluas 8 hektare.
Langkah strategis terjadi pada awal 1990-an ketika PT Unilever Indonesia tertarik bermitra untuk mengembangkan Bango. Kerja sama resmi dimulai pada 1992, dan pada 2001, Unilever mengakuisisi Bango sepenuhnya. Dalam prosesnya, dibentuk perusahaan patungan PT Anugrah Lever dengan pembagian saham 65% untuk Unilever dan 35% untuk keluarga Kartadinata. Pada 2007, Unilever mengambil alih kepemilikan penuh dengan membeli sisa saham yang ada.
Meski kini berada di bawah naungan Unilever, Bango tetap setia pada akar tradisinya. Proses pembuatan kecap masih mengandalkan fermentasi alami, yaitu kedelai difermentasi selama 2–4 hari, lalu direndam dalam larutan garam selama 4–6 bulan, dan dimasak dengan karamelisasi gula kelapa untuk menghasilkan warna serta rasa khas Bango. Bahkan, Bango berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mengembangkan varietas kedelai hitam unggul bernama Mallika.
Baca Juga: Cerita William Rosenberg Membangun Dunkin’ Donuts, dari Sopir Truk Es Krim Simco hingga Sukses Punya Belasan Ribu Gerai Donat
Produk Bango terus berkembang, mencakup varian pedas, hitam gurih, hingga versi rendah gula. Semua varian tersebut tetap mempertahankan sertifikasi halal dan kualitas tinggi.
Tak hanya berfokus pada bisnis, Bango juga aktif mendukung kuliner lokal dan UMKM melalui Festival Jajanan Bango yang digelar sejak 2005. Melalui program Bango Pangan Lestari, mereka membina lebih dari 11.000 petani di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sekaligus mendorong regenerasi petani muda bersama The Learning Farm.
Pada 2023, Bango dinobatkan sebagai merek kecap terfavorit oleh 80,5% masyarakat Indonesia berdasarkan survei Kurious-KIC. Kini, Bango menyumbang sekitar 5% dari total bisnis makanan Unilever Indonesia. Hal itu membuktikan bahwa warisan rasa yang dimulai dari sebuah garasi kecil tetap kokoh berdiri walaupun setelah hampir seabad berlalu.
Miko Ginting Berhenti Jadi Juru Bicara Komisi Yudisial2025-06-10 09:18
Bukan Singapura, Destinasi Wisata Bisnis Terbaik Asia Disabet HCMC2025-06-10 09:14
Jadi Kunci Penuaan yang Sehat, Ini 7 Sumber Protein Nabati Terbaik2025-06-10 09:13
Dirayakan 16 September Nanti, Apa Itu Maulid Nabi?2025-06-10 09:05
Kasus Dugaan Pemerasan Berlanjut, Eks Wakil Ketua KPK Kuak Mekanisme Laporan Dumas2025-06-10 08:56
Dolar AS Loyo, Rupiah Tipis Naik! Trump Digoyang Tarif, Pasar Cemas Data Ketenagakerjaan2025-06-10 08:36
6 Doa yang Bisa Dibaca saat Rabu Wekasan2025-06-10 08:23
KPK Didesak Seret Penyuap Sekretaris MA Hasbi Hasan2025-06-10 08:17
Polri Imbau Masyarakat Tidak Nyalakan Petasan Atau Mercon saat Perayaan Tahun Baru2025-06-10 07:25
Dukung Diskon Tiket dan Tarif Tol, Kemenpar Tambahkan Paket untuk Libur Sekolah2025-06-10 07:19
Fix! Pendaftaran CPNS dan PPPK 2023 Resmi Diundur, Ini Jadwal Terbarunya2025-06-10 09:24
Batal Jadi Anggota DPR, Tia Rahmania Gugat KPU ke PTUN2025-06-10 09:09
KPK Didesak Seret Penyuap Sekretaris MA Hasbi Hasan2025-06-10 08:48
Dukung Diskon Tiket dan Tarif Tol, Kemenpar Tambahkan Paket untuk Libur Sekolah2025-06-10 08:30
Kampanye di Bandung, Prabowo: Kami akan Bekerja Sebenar2025-06-10 08:24
7 Cara Bikin Olahraga Jadi Menyenangkan, Anti Capek2025-06-10 07:58
Ibu Hamil Boleh Naik Pesawat Umum, Cek Dulu Syarat dan Aturannya2025-06-10 07:50
Industri Pinjaman Online Justru Tumbuh Pesat Hingga Rp81 Triliun, Tapi 7 Fintech Dicabut OJK!2025-06-10 07:19
Perwakilan Sumitomo Putuskan Mundu, Begini Penjelasan Manajemen Vale2025-06-10 07:09
Le Borobudur, Tempat Menemukan Rasa Indonesia di Paris2025-06-10 07:07